Baru-baru ini muncul beberapa startup nasional yang menyabet mahkota unicorn. Startup dengan titel unicorn adalah perusahaan dengan valuasi (nilai jual) diatas 1 miliar dolar atau sekitar 13 triliun rupiah. Lebih besar dari anggaran E-KTP untuk 260juta org Indonesia itu.
Angka yang tidak main-main memang. Tapi mari kita telaah lebih dalam status unicorn ini. Sisi gelap dari status ini ada ribuat ritel offline atau klontongan, warung, toko-toko elektronik, dan pusat perbelanjaan yang tutup. Akibat pasarnya digusur oleh Tokopedia, Bukalapak dkk. Toko online menajadi solusi untuk konsumen yang butuh efisiensi tidak perlu keluar beli ini itu dan juga tidak akan tertipu harga, tinggal klik ini itu langsung dapat harga termurah. Istrirahat kantor yang hanya saju jam bisa saja menghabiskan 20% gaji bulanan. Lebih cepat memang keluar duitnya.
Tapi di sisi lain, bannyak pekerja toko offline yang harus di rumahkan, atau bahkan pusat perbelanjaan yang tutup karena sepi pembeli (lihat mangga dua yang telah sepi). Juga nasib toko-toko travel dan penjual tiket pesawat, berapa banyak yang tutup ? Ribuan ? bagaimana dengan taksi dan ojek pangkalan. Berapa banyak pangkalan yang gulung tikar dan taksi offline yang berguguran (di Jakarta dari 23 jadi 4 perusahaan yang belum mati), kalau kita jumlah-jumlah, tambah-tambah ternyata korban teknologi bernama unicorn ini mungkin ribuan atau jutaan ? Saya belum punya angkanya untuk hal ini. tapi rasa-rasanya tidak sedikit ya.
Selain memudahkan masyarakat efek sampinig startup memang bikin sakit kepala pemerintah daerah, akibatnya dibeberapa daerah akhirnya srartup ini banyak dilawan oleh pemda (Dishub Jabar) atau masyarakt itu sendiri yang tidak mau jadi korban membabi buta sistem kapitalis ini. Ya kapitasli, karena dulu kue ini di bagi-bagi oleh ribuat toko-toko kecil, sekarang kue-kue ini ditampung satu tempat oleh konglomerasi, yang katanya agen perubahan ini. Ya, merubah tapi merubah kearah lebih baik atau ke karah lebih sulit.
Kita boleh mengaku Pancasila, tapi hati dan langkah kita sejatinya kapitalis.
Sekali lagi rakyat kecil yang akhirya harus mengalah, tidak kuat dengan sistem ondroid. tekan tombol saja masih buta, apalagi disuruh tekan layar yang jelimet itu. Belum disuruh baca, peta, GPS dll. Tau dari mana mereka ? Semoga saja mereka tidak berpangku tangan. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar