Sabtu, 07 Oktober 2017

Dunia Kerja yang Sesungguhnya

Sudah genap 2 tahun semenjak menjadi "Mahasiswa". Kini menjadi pekerja, kuli korporat, menghamba gaji bulanan, bertuan atasan, dan penunggu weekend.

Ini berbeda sekali dengan 2 tahun silam, ketika hidup masih sebebas seperti elang terbang, kemana saja kamu mau, di mana saja kamu mau. Aku akan kesana (walau tetap ada iklan "deadline praktikum"). Benar-benar bebas. Yang penting ada teman tiap hari berasa weekend. Libur panjang malah menjadi momok."Bagaimana menghabiskan libur 3 bulan dengan bajet sangat minim ini". Semua org sama saja tidak ada BOS tidak ada atasan, bawahan. Semua punya hak setara dalam berpikir dan berpendapat. Berbeda sekali dgn sekarang. Mungkin saja ide jadi berbelot yang penting "BOS senang".

Tapi ini dunianya nyata. Iklan "kebebasan 4 tahun telah usai" come on, this is real life. Ibarat nonton Drama Korea/Jepang Episodenya sudah selesai dan ini sudah jam 2 pagi. Dan besok adalah deadline laporan praktikum atau UTS/UAS. Tapi memang gk selamanya  dunia kerja itu worse as common people say. Ada kok Indahnya, cuman mungkin berbeda. Then you know how great it Friday is.

In this step, lo akan nyadar masalah keluarga akan lebih intens lo rasakan dan lo makin peka terhadap itu. Gw gk tau ini emang karena umur atau kebetulan ya. Mungkin karena teman-teman mulai sibuk masing-masing dengan kerjaan barunya, tempat barunya, atau keluar kecil barunya. Jadi lo bakal jadi jauh dengan teman lo, jadi kerjaan dan keluar lo lah yang paling dekat di tahap ini.

Lo bakal makin serius menghadapi hidup dan kerja, atau mungkin lo masih tetap ngeluh dengan kerjaan lo, dengan segudang issue fundamental pekerjaan (gaji, bos, lingkungan kerja dll). Tapi lo akan mengamininya dengan kata-kata nyeletuk dlm hati "mungkin kerjaan seperti ini, ya uda sih mau cari kerjaan kek gimana juga tetap ada masalah, gk ada kerjaan yang enak kali". Ini mungkin tahap awal dari "how to be wise", ya kebijaksanaan. Lo mulai menerima kegetiran hidup, mulai menerima kesenjangan hidup, mulai menerima apa yang lo punya dan paling penting "bersyukur atas yang lodapat". This is real life, budy. Dont dreaming  in Siang Bolong.

Banyak juga yang akhirnya menunda masa ini, dengan berlari ke negeri lain, melanjutkan studinya. Mencari beasiswa sana-sini. Belajar TOEL-IELTS dkk, biar bisa lolos dari perangkap penuaan dini. Mereka ingin memperpanjang masa mahasiswanya, gk mau expired. Tapi ini juga bukan masalah atau kesalahan, ini pilihan hidup. kamu mau pilih yang mana, mau jadi apa. At least terhindar dari pertnyaan "kapan nikah".

Memang kadang tidak enak menjadi seonggok bawahan, tapi kita juga belajar kedewasaan, tentang mencari sesuap nasi dan segemgam iPhone X. Waktu terus berubah bung.

Generasi diobok-obok kini sudah menua. Harus menerima itu, walau kadang umur 27 (atau 29) tetap nonton Dragon Ball. Tidak masalah memang, namun jelas dia berkata : "Saya ingin seperti dulu, ketika air masih bisa diobok-obok", tidak di galon-galon.

Kita harus pasrah, dunia keremajaan harus di isi dengan pemain baru. Banyak yang bilang generasi Z ini, generasi karbit, masak sebelum waktunya. Tapi kalau menurut saya, mungkin buakn salah dia tapi siapa yang di  sekeliling dia (ya kita juga yang mengkarbit mereka). Atau memang generasi ini cepat masaknya, karena lebih unggul bukan seperti generasi di obok-obok yang tumbuh organik, pelan-pelan namun cari aman. Mereka generasi dengan tambahan Vitamin , Omegatiga dan multivitamin sintetis lainnya ditambah KFC, MacD dkk. Jadi jangan samakan dengan generasi obok-obok, mau milih lauk aja susah.

Selain hidup dan umur yang berubah, zaman juga berubah. Kita yang tumbuh bersama 1G hingga 5G. Maka kita juga harus mau berubah. Jadilah yang kau mau. Jangan malu-malu. Karena hidup kita yang tentukan. Jangan pernah merasa tua, tetap lah muda (pikiran), seperti Dahlan Iskan yang pemikirannya lebih muda dari generasi obok-obok. Biar tidak dibilang kamu itu keren pada masamu. Tetap keren sepanjang masa. Tetap belajar, baca jurnal karena itu tidak haram.

Sekian
Seoarang Pekerja dgn gadgetnya di pinggiran kenangan masalalunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar