Ini tulisan saya yg kesekian dari Blog yg usang ini. Mohon maaf ya (pada siapapun, teruntuk blog ini).
Mari kita menulis lagi. Karena menulis itu tidak berdosa !
Mari menuang saja karena tidak ada salah untuk menuang saja.
Kalau bisa bercertia kenapa harus berdiam
(Tetap menulis dengan aturanku sendiri, belia yg masih ingin egois dalam tulisannya !)
Putaran kipas angin kecil berwarna hijau, menyejukan kamar yg panas ini. Kalor tidak boleh berlebih memang, sehingga tidak memacu metabolisme yang tinggi (keringat). Benda kecil berkedip2 dengan teknologi tinggi masakini (4G atau fourth generation). Tanpa bismillah menghantarkan ide dan apapun dengan sekejap mata. Tidak terlihat memang karena bukan kuasa mata untuk itu. Biarkan data-data itu berlalu-lalang karena tidak menganggu manusia (sampai saat ini org paham seperti itu).
Satu kelender kecil hadiah dari seorang teman yang mungkin hari ini hatinya tidak tenang karena sebuah persoalan. Berukuran kecil buah tangan dari seminar kemarin sore yg melelahkan. Yang membikingnya sebuah puak nanjauh di sana, dibelahan bumi barat katanya (itu kalau kita setuju negeri ini dibelahan timur, itu saja jangan diperpanjang). Puak ini besar berpopulasi lebih dari 500juta, negara adidaya saja kalah, bagaimana kita ? Besar memang tapi 1 dekade belakangan mengalami masalah dengan perniagaannya. Susah ditebak memang dunia ini, tidak disangka puak buatan bangsa Arya yang tersohor itu bermasalah juga.
Sebatang piranti kecil untuk membersih saluran telinga yg penuh kontrofersi. Dipercaya banyak org tapi belum ada ahli yg setuju dengan gunanya ? Dunia yg aneh memang, persoalan telinga saja tak becus, data tak kasat mata malah diurus-urus, padahal tak mengganggu pula. Beberapa utas tali besi yg berserakan yg boleh jadi banyak yg taktau cara kerjanya. Pasalnya ini memang bukan perkara mudah, ini sama rumitnya dengan penghantar ide yg tak kasat mata tadi. Ini bersoal tentang elektron yang merupakan particula elementaria yang juga dapat menghantar ide yg tak kasat itu, namun berbeda lah kerjanya.
Berbicara Indonesia masa kini, saya tidak banyak tau, sungguh. yang kutau Pendidikan masih mahal itu saja. Tapi untuk terdidik saya rasa belum mahal. Yang membikin mahal org tak becus pencari gelar itu. Maka bukan salah sesiapa, karena terdidik sebuah pilihan bukan sebuah nasib. Agar terdidik lihat saja pinggir jalan, taman, dan dinding kamarmu, lalu kau berpikir dengan baik dan jernih. Terdidiklah kau dengan apa yg kau pikir. Atau menuang saja !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar