Jumat, 20 Desember 2013

Rehat dari Gemerlap ibukota - merasakan kehidupan orang bali

Tour to Bali : Penjelajahan Utara Pulau Dewata 3

Sudah hari ketiga di pulau dewata ini. Sudah mulai merasa dekat dengan keluarga komang. Saya tinggal di bagian utara bali. Maka jika ada yang menyangka liburan ini hedon semata. Maka saya akan bilang maaf tuan saya hanya mencari makna kehidupan. Kegemerlapan ibu kota sudah membuat mata saya silau. Sudah cuku kemegahan itu, saya ingin merasa kehidupan indonesia yang sebenarnya. Sederhana saja tapi penuh dengan makna. Uang bisa membuat anda bahagia tapi tidak selalu bisa membaeli semuanya. Ada harga yang sangat mahal yang takbisa dinilai dengan uang. Itulah yang saya cari, abstrak namun sangat nyata adanya.
Memaknai hidup dengan bepergian membuat kita sadar satuh hal bahwa ada sesuatu yang lain di dunia ini. Tidak semata ada yang ada di depan mata kita. Banyak hal, namun jika kita mau mencarinya. Tadi malam terjadi perbindangan hangan dengan ibu komang mengenai proses masuk kuliah dulu. Memang waktu itu banyak coba’an yang berat untuk diceritakan. Begitu juga dengan komang. Banyak pencerahan-pencerahan di sana.

Oh iya, sekarang saya berusaha menaikan berat badan targetnya 10kg. Memang kurus kadang sangat menghambat pada situasi-situasi tertentu. Makanya sangat bermimpi mempunyai tubuh ideal. Kemarin dulu awal saya fitnes dan paginya badan serasa dicabik. Saraf otot yang tidak terbiasa dengan beban mulai bekerja dipaksa unutk melakukan kerja berat. Yah pada saat kuliah dulu saya bahkan tidak pernah olahraga kecuali berjalan kesana kemari untuk keperlian kuliah. Hanya itu yang membuat keringat menetes selebihnya hanya kerja otak lebih keras dan stress yang ada. Kini liburan beban pikiran sudah tidak ada. Oleh karenannya mulai mengurus badan. Malu juga begitu kurus dimata orang. Terlihat tidak terurus. Kasihan sekali ya...
Dilain sisi mengenai tempat tinggal saya sekarang ini. Saya tidak enak harus memberatkan keluarga yang piatu. Membebani secara ekonomi. Saya tau mekereka bukan keluarga yang berlebih. Igin saja saya makan diluar cuman menjadi tidak menghargai. Inilah tantangannya. Harus tetap menghargai juga tidak memberatkan. Tidak semudah matematik kalsik. Dimana penjumlahan bilangan begitu mudah. Matematika kehidupan memang sangat sukar ditebak tidak ada yang membatasi satu dengan yang lainnya dengan gamblang. Selalu di antara kalaupun ada itu sangat tipis seperti kulit ari.

8 Januari 2013 – Gerogak Bali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar