Tour to Bali : Penjelajahan Utara Pulau Dewata 3
Sudah hari ketiga di pulau dewata ini. Sudah mulai merasa
dekat dengan keluarga komang. Saya tinggal di bagian utara bali. Maka jika ada
yang menyangka liburan ini hedon semata. Maka saya akan bilang maaf tuan saya
hanya mencari makna kehidupan. Kegemerlapan ibu kota sudah membuat mata saya
silau. Sudah cuku kemegahan itu, saya ingin merasa kehidupan indonesia yang
sebenarnya. Sederhana saja tapi penuh dengan makna. Uang bisa membuat anda
bahagia tapi tidak selalu bisa membaeli semuanya. Ada harga yang sangat mahal
yang takbisa dinilai dengan uang. Itulah yang saya cari, abstrak namun sangat
nyata adanya.
Memaknai hidup dengan bepergian membuat kita sadar satuh hal
bahwa ada sesuatu yang lain di dunia ini. Tidak semata ada yang ada di depan
mata kita. Banyak hal, namun jika kita mau mencarinya. Tadi malam terjadi
perbindangan hangan dengan ibu komang mengenai proses masuk kuliah dulu. Memang
waktu itu banyak coba’an yang berat untuk diceritakan. Begitu juga dengan
komang. Banyak pencerahan-pencerahan di sana.
Oh iya, sekarang saya berusaha menaikan berat badan
targetnya 10kg. Memang kurus kadang sangat menghambat pada situasi-situasi
tertentu. Makanya sangat bermimpi mempunyai tubuh ideal. Kemarin dulu awal saya
fitnes dan paginya badan serasa dicabik. Saraf otot yang tidak terbiasa dengan
beban mulai bekerja dipaksa unutk melakukan kerja berat. Yah pada saat kuliah
dulu saya bahkan tidak pernah olahraga kecuali berjalan kesana kemari untuk
keperlian kuliah. Hanya itu yang membuat keringat menetes selebihnya hanya
kerja otak lebih keras dan stress yang ada. Kini liburan beban pikiran sudah
tidak ada. Oleh karenannya mulai mengurus badan. Malu juga begitu kurus dimata
orang. Terlihat tidak terurus. Kasihan sekali ya...
Dilain sisi mengenai tempat tinggal saya sekarang ini. Saya
tidak enak harus memberatkan keluarga yang piatu. Membebani secara ekonomi. Saya
tau mekereka bukan keluarga yang berlebih. Igin saja saya makan diluar cuman
menjadi tidak menghargai. Inilah tantangannya. Harus tetap menghargai juga
tidak memberatkan. Tidak semudah matematik kalsik. Dimana penjumlahan bilangan
begitu mudah. Matematika kehidupan memang sangat sukar ditebak tidak ada yang
membatasi satu dengan yang lainnya dengan gamblang. Selalu di antara kalaupun
ada itu sangat tipis seperti kulit ari.
8 Januari 2013 – Gerogak Bali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar