Senin, 12 November 2012

Kota Baliem yang modern dan unik

Lembah Baliem

Pada suatu hari, saya terbangun di pagi hari, melihat kaca jendela dengan butir embun yang masi menempel di jendela. Huah... dalam pikirku sekarang negeri ini indah sekali... Yah neregi adidaya... sepanjang tahun di sinari matahari tropis yang hangat. Sesekali saja daun berguguran di musim gugur dan bunga bisa ku pandang sepanjang tahun. Negara mana yang bisa seperi ini ?

Ah, aku baru sadar harus megikuti converensi internasional di Baliem menggunakan pesawat pada jam 11 nanti, harus siap - siap. Tampak masi cukup waktu untuk pergi ke minimarket sebelah untuk  belanja keperluan, setalah mempersiapkan semuanya, akhirnya saya ke bandara menggunakan tram. Hum 20 Tahun yang lalu bandara ini hanya di singgahi pesawat berjenis fokker namun sekarang walau tetap kecil bandara ini sudah disinggahi Pesawat jenis boeing. Bandara ini indah sekali dengan arsitek unik khas sulawesi kepulauan, yah di Pualau bernama Wanci Ibu kota Wakatobi, di mana saya sedang berada.
Meninggalkan ruang tunggu, sesekali kulihat beberapa turis dari manca negara yang datang untuk  menikmati laut di kampung saya ini yang memang  sudah terkenal semenjak 20 tahun silam. Pukul 11 seperti jam yang tertera di tiket pesawat beoing yang akan saya tumpangi, lepas landas. Rute yang saya akan lalu ialah Ambon-Fakfak-Timika-Wamena. Cukup 2 jam saja Pesawat yang saya tumpangi sudah mendarat di Kota Wamena.
Kota yang sejuk dan indah bagai negeri di atas awan, kota yang terletak 1600 meter diatas permukaan laut ini suhunya bisa mencapai 17 C, dulu bahkan bisa mencapai 10-15 C. Lantas saya langsung naik kereta listrik cepat Wamena-Baliem selama 10 menit. Jalur kereta yang membelah pulau papua yang akan bercabang ke Arah tujuan akhir Jayapura di Utara dan Merauke di Selatan . Kereta milik BUMN ini sempat ribut di bicarakan 10 Tahun lalu di layar kaca mengenai mega proyeknya.
Sampai di Stasiun Baliem. Sungguh negeri ini sudah berubah, 20 tahun lalu tempat ini masih lembah dan susah diakses. Namun sekarang, lihat sudah menjadi kota mungil yang modern, bangunannya masih mempertahankan adat setempat Honai namanya, cuman bedanya sekrang bukan lagi dedaunan yang dipakai melainkan material komposit campurn dari serat dan paduan kerim yang kuat dan di cat menyeruapai honai sehingga tidak meninggalkan nilai budayanya. Indah sekali.....
Setelah Konverensi Akhirnya saya menyempatkan diri mengelilingi kota kecil ini dengn penduduk 700 ribu jiwa sangat rapi sekali kota ini. Lihat saja jalan-jalannya berjejer minimarket, pavilium dan penginapan kecil yang tentu saja pemilik adalah warga setempat. Anda  bisa menebak karena memang kulit mereka sedikit kotraks dengan kulit warga indonesia pada umumnya. Beberapa Apartemen kecil menjulang setinggi 6 lantai di pinggiran kota. Pukul 5 sore saya sudah kembali di penginapan saya, langsung saja siap-siap untuk mandi. 

6 tahun terakhir ini muncul kebiasaan baru mandi cukup 1X saja, entah karna apa kebiasaan ini mulai ada, beberapa orang beranggapan, toh kerja kita sekrang tidak bersentuhan dengan tanah ngapain mandi banyak kali kan sekalian hemat energi. Hum simple sih, tapi coba kita lihat manfaatnya jika saja penduduk indonesia 260 juta ini mandi sekali mandi berapa air yang bisa dihemat ? energi yang digunakanpun bisa di pangkas setengah untuk menyalurkan air mandi.
Ah ternyata mudah saja mencari solusi untuk mengehemat energi. Untuk mengehemat energi tidak melulu dengan teknologi yg canggih. Contoh lain gunakan tisu seperlunya, anda tahu kan tisu terbuat dari kayu selain meningkatkan pemanasan global tindakan kita yang boros akan memboroskan energi. Coba kita lihat ke hulu pada saat pemproduksiaannya menngunakan energi jadi jika kita mengemat penggunaan barang secara tidak langsung menghemat energi pula.
Think Global Act Local
Salam Optimistis untuk Indonesia yang Lebih baik.
short link : http://bit.ly/EnerGi2

2 komentar:

  1. wah, bagus gan pemandangannya.
    mampir ke blog ane gan
    salam kenal

    BalasHapus